Bagi anda yang ingin mengetahui seperti apa tsunami kala itu di Aceh bisa mengunjungi Museum Tsunami. Museum ini dibangun untuk selalu mengingat peristiwa yang memilukan tersebut. Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 menimbulkan kedukaan bagi Indonesia. Banyak orang menjadi korban saat tsunami ini terjadi. Duka yang mendalam dirasakan bagi warga Aceh yang kehilangan anggota keluarganya.
Untuk melakukan penghormatan dan mengenang korban maupun peristiwa tersebut pemerintah Aceh membangun Museum Tsunami. Letak Museum Tsunami ini ada di Jalan Sultan Iskandar muda dan didirikan pada tahun 2009.
Berikut ini adalah beberapa ruangan yang akan dilalui ketika berada di Museum Tsunami Aceh :
- Lorong tsunami. Saat memasuki museum ini anda akan melewati lorong yang disertai dengan suara gemuruh air dan kucuran air yang mengingatkan tentang datangnya tsunami kala itu. Cahaya di lorong museum tsunami remang dan juga gelap, lorong itu juga sembab. Lorong itu disebut dengan space of fear yang menggambarkan ketakutan dari masyarakat Aceh ketika tsunami datang.
- Ruang kenangan. Setelah melewati lorong, wisatawan akan menuju ruang kenangan. Ruangan ini terdapat 26 monitor yang menjadi lambang bahwa kejadian tsunami itu terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Setiap monitor akan menampilkan foto dan gambar orang yang menjadi korban dari tsunami. Tampilan dan gambar tersebut akan disajikan di dalam monitor dalam bentuk slide.
- Sumur doa. Setelah ruang kenangan dilalui, pengunjung akan menemukan ruang sumur doa. Ruangan ini memiliki bentuk silinder dan cahayanya remang. Tinggi dari ruangan itu 30 meter dan ada 2 ribu lebih nama yang menjadi korban dari bencana tsunami. Nama itu tertulis dan tertera dalam setiap dinding sumur doa tersebut. Filosofi dari ruang ini adalah kuburan masal yang ada setelah tsunami. Pengunjung yang masuk ke ruangan ini dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan agama yang dianutnya.
- Lorong cerobong. Lorong cerobong adalah ruangan yang akan dilalui pengunjung setelah sumur doa. Lorong ini di desain dengan lantai yang berkelok-kelok dan lantai yang tidak rata. Arti dari desain ini adalah menggambarkan ketakutan, kebingungan dan keputus asaan yang dialami oleh masyarakat Aceh setelah tsunami melanda. Masyarakat banyak yang bingung dengan arah yang akan diambilnya, kebingungan ketika mencari beberapa sanak saudara yang hilang, kebingungan karena kehilangan berbagai macam harta benda yang dimilikinya. Ruangan ini juga didominasi oleh lorong gelap yang nantinya akan membawa pengunjung menuju ke cahaya alami yang memiliki filosofi berupa harapan dalam kehidupannya.
- Jembatan harapan. Jembatan harapan adalah ruang terakhir dari Musem Tsunami ini. Lorong cerobong yang dilalui oleh wisatawan itu nantinya akan membawa pengunjung menuju ke jembatan harapan. Di jembatan harapan ini pengunjung bisa melihat tegaknya 54 bendera dari 54 negara yang ikut bersosialisasi dalam membantu masyarakat Aceh yang terkena tsunami. Di beberapa bendera yang ada di sana bertuliskan dengan kata “Damai” dimana ditulis berdasarkan dengan bahasa negara masing-masing. Kata damai itu merupakan refleksi dari perdamaian dari Aceh dari berbagai macam peperangan dan konflik yang terjadi sebelum tsunami menerjang. Adanya bencana gempa dan juga tsunami yang terjadi di Aceh dunia bisa melihat secara langsung bagaimana kondisi Aceh saat itu dan negara itu membantu mewujudkan perdamaian yang ada di Aceh. Mereka juga turut serta dalam membangun kembali kota Aceh setelah bencana tsunami terjadi.
No comments:
Post a Comment